DOSA
Dosa
ialah suatu perbuatan yang menyebabkan terputusnya hubungan antara manusia
dengan Allah, karena manusia mencintai dirinya atau hal-hal lain sedemikian
rupa sehingga menjauhkan diri dari cinta kasih Allah.
Seseorang
dikatakann berdosa apabila perbuatannya melwan cinta kasih Allah itu dilakukan
dengan BEBAS (tidak dalam keadaan dipaksa), SADAR (tidak dalam keadaan
terbius), TAHU (mengerti bahwa perbuatan itu jahat)
Dosa
menciptakan kecondongan kepada dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang
sama mengakibatkan kebiasaan buruk. Hal ini mengakibatkan terbentuknya
kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani dan menghambat keputusan
konkret mengenai yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan
diperkuat, namun ia tidak dapat menghancurkan seluruh perasaan moral. (KGK
1865)
Kebiasaan
buruk dapat digolongkan menurut kebajikan yang merupakan lawannya, atau juga
dapat dihubungkan dengan dosa-dosa pokok yang dibedakan dalam pengalaman
Kristen menurut ajaran santo Yohanes Kasianus dan santo Gregorius Agung Bdk.
mor 31,45.. Mereka dinamakan dosa-dosa pokok, karena mengakibatkan dosa-dosa
lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain. Dosa-dosa pokok adalah
kesombongan, ketamakan, kedengkian, kemurkaan, percabulan, kerakusan kelambanan,
atau kejemuan [acedia].(KGK 1866)
Tradisi
kateketik juga mengingatkan, bahwa ada dosa-dosa yang berteriak ke surga. Yang
berteriak ke surga adalah darah Abel (Bdk Kej 4: 10), dosa orang Sodom Bdk Kej
18: 20, 19:13, keluhan nyaring dari umat yang tertindas di Mesir Bdk Kel
3:7-10, keluhan orang-orang asing, janda dan yatim piatu, Bdk. 22: 20-22. dan
upah kaum buruh yang ditahan Bdk Ul 24:14-15, Yak 5:4 (KGK 1867)
Dosa adalah satu tindakan pribadi. Tetapi kita
juga mempunyai tanggung jawab untuk dosa orang lain kalau kita turut di
dalamnya,(KGK 1868)
- kalau kita mengambil bagian dalam dosa itu secara langsung dan dengan suka rela,
- kalau kita memerintahkannya, menasihatkan, memuji, dan membenarkannya,
- kalau kita menutup-nutupinya atau tidak menghalang-halanginya, walaupun kita berkewajiban untuk itu,
- kalau kita melindungi penjahat.
Dengan
demikian dosa membuat manusia menjadi teman dalam kejahatan dan membiarkan
keserakahan, kekerasan, dan ketidakadilan merajaleIa di antara mereka. Di
tengah masyarakat, dosa-dosa itu mengakibatkan situasi dan institusi yang
bertentangan dengan kebaikan Allah. "Struktur dosa" adalah ungkapan
dan hasil dosa pribadi, Mereka menggoda kurban-kurbannya, supaya ikut melakukan
yang jahat. Dalam arti analog mereka
merupakan "dosa sosial" Bdk. RP 16.. (KGK 1869) "Allah telah
mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan
kemurahan-Nya atas mereka semua" (Rm 11:32).(KGK 1870)
Dosa adalah satu "perkataan,
perbuatan, atau satu keinginan yang bertentangan dengan hukum abadi"
(Agustinus, Faust. 22,27) Dikutip oleh TomasAqu., s.th. 1-2,71,6, obj. 1: sc..
Satu penghinaan terhadap Allah. Ia membangkang terhadap Allah dalam
ketidaktaatan, yang berlawanan dengan ketaatan Kristus.(KGK 1871)
Dosa adalah satu tindakan melawan akal
budi. Ia melukai kodrat manusia dan mengganggu solidaritas manusia.(KGK 1872). Akar
dari semua dosa terletak di dalam hati manusia. Macamnya dan beratnya
ditentukan terutama menurut obyeknya.(KGK 1873) Siapa yang dengan sengaja,
artinya dengan tahu dan mau, menjatuhkan keputusan kepada sesuatu yang
bertentangan dengan hukum ilahi dan dengan tujuan akhir manusia dalam hal yang
berat, ia melakukan dosa berat. Dosa itu merusakkan kebajikan ilahi di
dalam kita, kasih, dan tanpa kasih tidak ada kebahagiaan abadi. Kalau ia tidak disesali, ia akan mengakibatkan
kematian abadi.(KGK 1874)
DOSA ASAL
Dosa asal adalah "dosa" dalam
arti analog: ia adalah dosa, yang orang "menerimanya", tetapi bukan
melakukannya, satu keadaan, bukan perbuatan. Dengan demikian, dosa asal tidak
mempunyai sifat kesalahan pribadi pada keturunan Adam. Manusia kehilangan
kekudusan asli, namun kodrat manusiawi tidak rusak sama sekali, tetapi hanya
dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk kepada kelemahan pikiran,
kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada dosa.
Pada masa Gereja perdana kita tahu ada
beberapa kelompok/golongan yang menolak konsep "dosa asal", seperti
Gnostics, Manichaeans, Pelagians, dan lainnya, yang tidak sesuai dengan
pengajaran Gereja Katolik. Dibawah ini kami ketengahkan beberapa ayat dalam
Kitab Suci yang berhubungan dengan dosa asal
Manusia pertama telah berbuat dosa:
Dalam kitab Kejadian dinyatakan
bahwa Adam dan Hawa telah berdosa dan oleh karena itu, maka Adam dan Hawa dan
seluruh keturunannya harus menanggung dosa. (lih Kej 2). "Tetapi karena dengki setan maka maut masuk
ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu." (Keb 2:24). "Tetapi aku takut, kalau-kalau
pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama
seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya." (1Tim 2:142,
Kor 11:3, Rm 5:12, Yoh 8:44).
Dosa manusia pertama adalah dosa
kesombongan ( Sir 10:14-15, Rm 5:19, Tob 4:14). Manusia kehilangan berkat kekudusan dan terpisah
dari Allah. (Kej 3). Manusia kehilangan "the gift of integrity",
sehingga manusia dapat menderita dan meninggal (Kej 3:16).Manusia terbelenggu
oleh dosa dan kejahatan (lih. Kej 3:15-16; Yoh 12:31; 14:30; 2 Kor 4:4; Ib 2:14; 2 Pet 2:19).
Dosa asal ini diturunkan kepada
semua manusia: "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa
aku dikandung ibuku" (Mz 51:7). "Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun
tidak!" (Ay 14:4). "Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke
dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu."(Keb 2:24). "From
the woman came the beginning of sin, and by her we all die." (LXX/
Septuagint - Sir 25:33). Dan kemudian rasul Paulus memberikan penegasan dengan
memberikan perbandingan antara Adam, manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa
kesombongan, dan Kristus yang membebaskan manusia dari dosa dengan ketaatan
kepada Allah (Rom 5:12-21, bdk 1Kor 15:2, Ef 2:1-3, Rm 5:12-19, 1).
Demikian halnya para Bapa Gereja.
Santo Agustinus (De Nupt. et concupt. II 12,25) mendukung konsep Dosa Asal dan
juga . St. Cyprian juga memperkuat doktrin dosa asal dengan memberikan alasan
bahwa dosa asal merupakan doktrin yang memang telah ada sejak awal mula, yang
dibuktikan dengan permandian bayi untuk penghapusan dosa (lih. St. Cyprian, Ep.
64, 5). Dimana doktrin Dosa Asal diperkuat dari pernyataan Konsili Trente
(D.790). Dari hal tersebut di atas, maka doktrin tentang dosa asal bersumber
kepada dari Alkitab, juga dari Tradisi Suci, yang diperkuat oleh Bapa Gereja
dan Konsili.
DOSA BERAT
Dosa-dosa harus dinilai menurut beratnya.
Pembedaan antara dosa berat dan dosa ringan yang sudah dapat ditemukan dalam
Kitab Suci (Bdk. I Yoh 6: 16-17) diterima oleh tradisi Gereja. Pengalaman manusia
menegaskannya. (KGK 1854)
Dosa berat merusakkan kasih di dalam hati
manusia oleh satu pelanggaran berat melawan hukum Allah. Di dalamnya manusia
memalingkan diri dari Allah, tujuan akhir dan kebahagiaannya dan
menggantikannya dengan sesuatu yang lebih rendah. Dosa ringan membiarkan kasih
tetap ada, walaupun ia telah melanggarnya dan melukainya. (KGK 1855)
Karena dosa berat merusakkan prinsip hidup
di dalam kita, yaitu kasih, maka ia membutuhkan satu usaha baru dari kerahiman
Allah dan suatu pertobatan hati yang secara normal diperoleh dalam Sakramen
Pengakuan: "Kalau kehendak memutuskan untuk melakukan sesuatu yang dalam
dirinya bertentangan dengan kasih, yang mengarahkan manusia kepada tujuan
akhir, maka dosa ini adalah dosa berat menurut obyeknya.... entah ia melanggar
kasih kepada Allah seperti penghujahan Allah, sumpah palsu, dan sebagainya atau
melawan kasih terhadap sesama seperti pembunuhan, perzinaan, dan sebagainya...
Sedangkan, kalau kehendak pendosa memutuskan untuk membuat sesuatu yang dalam dirinya
mencakup satu kekacauan tertentu, tetapi tidak bertentangan dengan kasih Allah
dan sesama, seperti umpamanya satu perkataan yang tidak ada gunanya, tertawa
terlalu banyak, dan sebagainya, maka itu adalah dosa ringan" (Tomas
Aqu.,s.th. 1-2,88,2). (KGK 1856)
Supaya satu perbuatan merupakan dosa berat
harus dipenuhi secara serentak tiga persyaratan: "Dosa berat ialah dosa
yang mempunyai materi berat sebagai obyek dan yang dilakukan dengan penuh
kesadaran dan dengan persetujuan yang telah dipertimbangkan" (RP#17). (KGK
1857)
Apa yang merupakan materi berat itu,
dijelaskan oleh sepuluh perintah sesuai dengan jawaban Yesus kepada pemuda
kaya: "Engkau jangan membunuh, jangan berzinah jangan mencuri, jangan
bersaksi dusta... hormatilah ayahmu dan ibumu" (Mrk 10:19). Dosa-dosa
dapat lebih berat atau kurang berat: pembunuhan lebih berat daripada pencurian.
Juga sifat pribadi orang yang dilecehkan, harus diperhatikan: tindakan keras
terhadap orang-tua bobotnya lebih berat daripada terhadap seorang asing. (KGK
1858)
Dosa berat menuntut pengertian penuh dan
persetujuan penuh. Ia mengandaikan pengetahuan mengenai kedosaan dari suatu
perbuatan, mengenai kenyataan bahwa ia bertentangan dengan hukum Allah. Dosa
berat juga mencakup persetujuan yang dipertimbangkan secukupnya, supaya menjadi
keputusan kehendak secara pribadi. Ketidaktahuan yang disebabkan oleh kesalahan
dan ketegaran hati Bdk. Mrk. 3: 5-6, Luk. 16: 19 - 31 tidak mengurangi
kesukarelaan dosa, tetapi meningkatkannya. (KGK 1859) Ketidaktahuan yang bukan karena kesalahan
pribadi dapat mengurangkan tanggungjawab untuk satu kesalahan berat, malahan
menghapuskannya sama sekali. Tetapi tidak dapat diandaikan bahwa seseorang
tidak mengetahui prinsip-prinsip moral yang ditulis di dalam hati nurani setiap
manusia. Juga rangsangan naluri, hawa nafsu serta tekanan yang dilakukan dari
luar atau gangguan yang tidak sehat dapat mengurangkan kebebasan dan
kesengajaan dari satu pelanggaran. Dosa karena sikap jahat atau karena
keputusan yang telah dipertimbangkan untuk melakukan yang jahat, mempunyai
bobot yang paling berat. (KGK 1860)
Dosa berat, sama seperti kasih, adalah
satu kemungkinan radikal yang dapat dipilih manusia dalam kebebasan penuh. Ia mengakibatkan kehilangan kebajikan
ilahi, kasih, dan rahmat pengudusan, artinya status rahmat. Kalau ia tidak
diperbaiki lagi melalui penyesalan dan pengampunan ilahi, ia mengakibatkan
pengucilan dari Kerajaan Kristus dan menyebabkan kematian abadi di dalam neraka
karena kebebasan kita mempunyai kekuasaan untuk menjatuhkan keputusan yang
definitif dan tidak dapat ditarik kembali. Tetapi meskipun kita dapat menilai
bahwa satu perbuatan dari dirinya sendiri merupakan pelanggaran berat, namun
kita harus menyerahkan penilaian mengenai manusia kepada keadilan dan kerahiman
Allah. (KGK 1861)
DOSA RINGAN
Dosa ringan dilakukan, apabila seorang
melanggar peraturan hukum moral dalam materi yang tidak berat atau walaupun
hukum moral itu dilanggar dalam materi yang berat, namun dilakukan tanpa
pengetahuan penuh dan tanpa persetujuan penuh. (KGK 1862)
Dosa
ringan memperlemah kebajikan ilahi, kasih; di dalamnya tampak satu kecondongan
yang tidak teratur kepada barang-barang ciptaan; ia menghalang-halangi bahwa
jiwa mengalami kemajuan dalam pelaksanaan kebajikan dan dalam kegiatan kebaikan
moral; ia mengakibatkan siksa-siksa sementara. Kalau dosa ringan dilakukan
dengan sadar dan tidak disesalkan, ia dapat mempersiapkan kita secara
perlahan-lahan untuk melakukan dosa berat. Tetapi dosa ringan tidak menjadikan
kita lawan terhadap kehendak dan persahabatan Allah; ia tidak memutuskan
perjanjian dengan Allah. Dengan rahmat Allah, ia dapat diperbaiki lagi secara
manusiawi. Ia tidak mencabut rahmat yang menguduskan dan mengilahikan, yakni
kasih serta kebahagiaan abadi. "Selama manusia berziarah di dalam daging,
ia paling sedikit tidak dapat hidup tanpa dosa ringan. Tetapi jangan menganggap
bahwa dosa yang kita namakan dosa ringan itu, tidak membahayakan. Kalau engkau
menganggapnya sebagai tidak membahayakan, kalau menimbangnya, hendaknya engkau
gemetar, kalau engkau menghitungnya. Banyak hal kecil membuat satu timbunan
besar; banyak tetesan air memenuhi sebuah sungai; banyak biji membentuk satu
tumpukau. Jadi,.harapan apa yang
kita miliki? Di atas segala-galanya pengakuan" ( St. Augustine, In ep. Jo.
1, 6: PL 35, 1982.). (KGK 1863) "Tetapi apabila seorang menghujah Roh
Kudus", ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, tetapi bersalah karena
berbuat dosa kekal" (Mrk 3:29) Bdk. Mat 12:32, Luk 12:10. Kerahiman Allah
tidak mengenal batas; tetapi siapa yang dengan sengaja tidak bersedia menerima
kerahiman Allah melalui penyesalan, ia menolak pengampunan dosa-dosanya dan
keselamatan yang ditawarkan oleh Roh Kudus Bdk. DeV 46.. Ketegaran hati semacam
itu dapat menyebabkan sikap yang tidak bersedia bertobat sampai pada saat
kematian dan dapat menyebabkan kemusnahan abadi. (KGK 1864).
Dosa ringan merupakan gangguan moral yang
dapat diperbaiki lagi dengan kasih ilahi, yang bagaimanapun tetap ada di dalam
kita. (KGK 1875) Pengulangan dosa, juga dosa ringan, membawa kepada kebiasaan
buruk, antara lain kepada apa yang dinamakan dosa-dosa pokok. (KGK
1876).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar