Sekilas Kisah Yohanes Evanggelista dan Kitab-kitabnya
Sekilas Yohanes
Evangelista
Orang Galilea,
putra Zebedeus, saudara kandung Yakobus Besar, dimana mereka berdua dinamakan
Boanerges, putera-putera guruh (Markus 3:17), oleh Yesus. Dia adalah juga
seorang nelayan, mungkin seorang murid Santo Yohanes Pembaptis, merupakan salah
satu penginjil (penulis kitab Injil), dan yang sering disebut-sebut sebagai
“murid yang terkasih” (Yohanes 19:26, 21:20). Bersama Petrus dan Yakobus
bin Zebedeus, hanya mereka bertiga yang diajak Yesus ketika: putri Yairus
dibangkitkan dari kematian (Markus 5:21-43), transfigurasi Yesus di atas bukit
(Matius 17:1-8), sengsara Yesus di Taman Getsemani (Matius
26:36-46). Rasul Yohanes adalah satu-satunya yang tidak meninggalkan Yesus
ketika saat-saat sengsara penyaliban Yesus. Dari kayu salib, Yesus Kristus
menyatakan Bunda Maria sebagai ibu kepada Yohanes dan sebaliknya menyatakan
kepada Bunda Maria bahwa Yohanes adalah anaknya (Yohanes 19:26). Sabda Yesus
yang signifikan ini merujuk kepada Maria sebagai hawa yang baru, hawa yang
kedua. Yohanes mewakili seluruh umat Kristen dan dengan demikian Bunda Maria
menjadi ibu bagi segenap umat manusia (Lukas 1:48).
Rasul Yohanes
mengarang Kitab Injil ke-empat, tiga Surat Yohanes, dan Kitab Wahyu. Injil
karangannya punya karakter yang berbeda secara menyolok. Kalau Injil Matius,
Markus dan Lukas dikategorikan sebagai Injil sinoptik – disebut demikian karena
isinya berupa ringkasan ministri Yesus -, Injil Yohanes ditulis dengan ‘gaya
bebas’ dan topikal, sesuai tujuan yang ingin dicapai oleh sang penulis, dan
mengandung makna teologis yang mendalam.
Menurut tradisi, dia dibawa ke
Roma dan atas perintah Kaisar Domitian dia dimasukkan kedalam belanga berisi
minyak mendidih tetapi Yohanes selamat tanpa cedera sedikitpun. Yohanes lantas
diasingkan ke pulau Patmos selama setahun. Rasul Yohanes adalah
satu-satunya diantara bilangan para Rasul, yang diketahui secara pasti tidak
meninggal sebagai martir.
Menarik untuk
direnungkan apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Injil Yohanes 21:20,21,23 :
Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus (yaitu
Yohanes) sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang
makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: “Tuhan, siapakah dia yang
akan menyerahkan Engkau?”….Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada
Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” …. Maka tersiarlah
kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Yohanes
memang sungguh-sungguh berumur panjang. Dia tinggal di Efesus di Asia Kecil
untuk beberapa lamanya dan masih hidup ketika Roma dipimpin oleh Paus Santo
Clement I yang suratnya kepada umat di Korintus sangat terkenal dan dijadikan
bahan bukti untuk mendukung otoritas Sri Paus.
Yohanes
meninggal secara alami pada sekitar tahun 100 dan diatas makamnya dibangun
gereja yang megah. Akan tetapi berabad-abad sesudahnya, penguasa Islam merubah
gereja itu menjadi mesjid. Dalam dunia seni, dia dilambangkan dengan
seekor elang, sebagai simbol kehebatan isi kitab Injil karangannya, potret
kemampuan dirinya yang menonjol dalam menyelami misteri-misteri Allah. Lambang
lainnya yaitu kaliks (piala) yang dililit oleh seekor ular menurut legenda
dimana dia diberikan piala berisi racun dalam suatu usaha untuk membunuhnya.
Dirayakan tiap tanggal 27 Desember (Ritus Roma/Latin) dan 8 Mei (Ritus
Bizantium/Timur).
St Yohanes dilambangkan dengan rajawali terbang. Injil
Yohanes dimulai dengan prolog yang “tinggi” dan “melambung” guna menembus masuk
hingga kekedalaman yang paling dalam dari misteri-misteri Tuhan, hubungan
antara Bapa dan Putra, dan inkarnasi: “Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh
1:1-3) dan “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh
1:14). Injil St Yohanes, tidak seperti Injil-Injil lainnya, membawa
pembaca masuk ke dalam ajaran-ajaran paling mendalam dari Tuhan kita, seperti
percakapan panjang antara Yesus dengan Nikodemus, juga dengan perempuan
Samaria; ajaran-ajaran indah mengenai Roti Hidup dan Gembala Yang Baik. Yesus
juga menyebut DiriNya sebagai “jalan, kebenaran dan hidup,” dan siapa pun yang
sungguh percaya kepada-Nya akan dibangkitkan ke kehidupan kekal bersama-Nya.
Yohanes dan Karyanya
Yohanes dan Injil Yohanes
Injil
Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal
tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh
ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang
kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai
"murid yang dikasihi-Nya" (Yoh. 13: 23, 19: 26, 20: 2, 21: 7,20). Kesaksian
tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri
menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara
dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan
Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno,
Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta
oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk
menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus
yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes
tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam
tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Yohanes
menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh.20: 31, yaitu "supaya kamu
percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu
memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai
satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya"
(Yoh 20: 31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai")
dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia
menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan
Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk
menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada
ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan
Anak (bd.Yoh. 17: 3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi
dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Injil
keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus
adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat.
Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- Tujuh tanda (Yoh 2: 1-11, 4: 46-54, 5: 2-18, 6: 1-15, 6: 16-21, 9: 1-41, 11: 1-46) dan tujuh ajaran ( Yoh 3: 1-21, 4: 4-42, 5: 19-47, 6: 22-59, 7: 37 -44, 8: 12-30, 10: 1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- Tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh. 6: 35, 8: 12, 10: 7, 10: 11, 11: 25, 14: 6, 15: 1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20: 31).
Injil
Yohanes mempunyai dua bagian besar. Bagian pertama pasal 1-12 (Yoh 1:1–12: 50) yang
menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda
yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku
adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias
mereka. Bagian kedua pasal 13-21, setelah ditolak oleh umat perjanjian yang
lama yaitu Israel, Yesus memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti
dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya).
Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh
13: 1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14: 1 – 16: 33), dan doa-Nya yang
terakhir (pasal 17; Yoh 17: 1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan
ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18;1 – 19: 42) dan kebangkitan-Nya (pasal
20-21; Yoh 20: 1 – 21: 25).
Ada delapan penekanan utama
menandai Injil ini.
- Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1: 14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20: 28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1: 12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8: 32), menyucikan mereka (Yoh 15: 3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8: 44-47, 51).
- Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. Menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Yohanes dan Kitab Yohanes I
Walaupun
Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya di surat ini,
saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus, Tertullianus, Klemens dari
Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah
seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya penulisan,
kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes memperkuat
kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua kitab ini
ditulis oleh rasul Yohanes. Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada
salam atau nama orang, tempat, atau peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan
yang paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa
dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis surat yang sama kepada berbagai
gereja di propinsi Asia yang berada di bawah tanggung jawab rasulinya (bd. Why
1: 11). Karena jemaat-jemaat itu mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama,
Yohanes menulis surat ini sebagai sebuah surat edaran dan mengutus utusan
pribadinya yang membawa salamnya secara lisan.
Persoalan
yang paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini
ialah ajaran palsu mengenai
keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya.
Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah
meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2: 19), tetapi hasil dari ajaran palsu
mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa
"mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin,
ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2: 22; bd. 1Yoh
5: 1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yoh 4: 2-3); dari segi
etika, mereka mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (1Yoh 2: 3-4, 5: 3)
dan hidup kudus dan terpisah dari dosa (1Yoh 3: 7-12) dan dari dunia (1Yoh 2:
15-17) tidak diperlukan
untuk iman yang menyelamatkan
(bd. 1Yoh 1: 6, 5: 4-5).
Maksud Yohanes dalam menulis
surat ini adalah:
- untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu, dan
- untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yoh 1: 4) dan kepastian (1Yoh 5: 13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai Putra Allah (1Yoh 4: 15, 5: 3-5, 12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yoh 2: 20, 4: 4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani Injil Yohanes.
Kepercayaan
dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru palsu, yang
oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yoh 2: 18-22) sedang
meninggalkan ajaran rasuli mengenai Kristus dan kehidupan yang benar. Seperti
surat 2 Petrus dan Yudas, surat ini dengan penuh semangat menolak dan menghukum
guru palsu (mis. 1Yoh 2: 18-19, 22-23, 26, 4: 1,3,5) dengan ajaran dan kelakuan
mereka yang merusak.
Dari
segi yang positif, surat ini mengemukakan ciri-ciri persekutuan yang sejati
dengan Allah (mis. 1Yoh 1: 3- 2:2) dan menyatakan lima ujian khusus bagi orang
percaya untuk mengetahui dengan yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal:
- ujian kebenaran rasuli mengenai Kristus ( 1Yoh 1:1-3, 2: 21-23, 4: 2-3,15, 5: 1,5,10,20);
- ujian iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yoh 2:2-11, 5: 3-4);
- ujian hidup yang kudus, yaitu berbalik dari dosa kepada persekutuan dengan Allah (1Yoh 1:6-9, 2:3-6,15-17,29, 3: 1-10, 5: 2-3);
- ujian kasih akan Allah dan sesama orang percaya (1Yoh 2: 9-11, 3: 10-11,14,16-18, 4: 7-12, 18-21); dan
- ujian kesaksian Roh (1Yoh 2: 20,27, 4: 13, 5: 7-12). Yohanes menyimpulkan bahwa orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka memiliki hidup kekal (1Yoh 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini nyata dalam hidup mereka.
Lima ciri utama menandai surat
ini.
- Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di antara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan.
- Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26, 15: 26, 16: 7-8).
- Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.
- Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan darah (yaitu, salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.
- Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal", "mengenal", "mengasihi", "kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup kekal".
Yohanes dan Kitab Yohanes 2
Penulis
memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (ayat 2Yoh 1:1). Barangkali
ini adalah gelar terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes sepanjang dua
dasawarsa terakhir abad pertama karena usianya yang sudah lanjut dan
kedudukannya yang sangat terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih hidup.
Yohanes
menulis surat ini kepada "Ibu yang terpilih dan anak-anaknya" (ayat 2Yoh
1:1). Beberapa orang menafsirkan "Ibu yang terpilih" ini secara
kiasan sebagai suatu gereja lokal, "anak-anaknya" sebagai anggota jemaat,
dan "anak-anak saudaramu yang terpilih" (ayat 2Yoh 1:13) sebagai
jemaat tetangga. Orang lain lagi menafsirkan istilah ini secara harfiah sebagai
seorang janda terhormat yang dikenal Yohanes dalam sebuah jemaat lokal di Asia
Kecil yang di bawah pengawasan rohani Yohanes. Keluarganya (ayat 2Yoh 1:1) dan
keluarga saudaranya (ayat 2Yoh 1:13) adalah orang terkenal dalam gereja-gereja
di wilayah itu. Sebagaimana surat Yohanes lainnya, 2 Yohanes tampaknya ditulis
dari Efesus pada akhir tahun 80-an atau awal 90-an.
Yohanes
menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu tentang
hal memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling (guru,
penginjil, dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan
menyebarkan ajaran palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran
yang salah sehingga ikut bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama
dengan yang dikecam dalam surat 1 Yohanes.
Surat
ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1 Yohanes
mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan menyimpang
dari berita rasuli (ayat 2Yoh 1:7-8). Yohanes memuji "Ibu yang terpilih"
dan anak-anaknya yang "hidup dalam kebenaran" (ayat 2Yoh 1:4). Kasih
yang sejati terwujud dalam menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama (ayat 2Yoh
1:6). Kasih Kristen harus membedakan di antara kebenaran dan kesalahan dan
tidak membuka pintu bagi guru palsu (ayat 2Yoh 1:7-9). Menerima guru palsu
dengan ramah berarti berpartisipasi dalam kesalahan mereka (ayat 2Yoh 1: 10-11).
Surat ini singkat karena Yohanes merencanakan untuk berkunjung kepada ibu ini
untuk berbicara "berhadapan muka" (ayat 2Yoh 1: 12).
Tiga ciri utama menandai surat
ini:
- Surat ini merupakan kitab terpendek dalam PB.
- Surat ini sangat mirip dengan 1 dan 3 Yohanes dalam berita, kosakata dan gaya penulisannya yang sederhana.
- Surat ini memberikan keseimbangan yang penting bagi berita surat 3 Yohanes dengan memperingatkan terhadap dukungan yang sembarangan kepada pekerja yang bukan dari jemaat sendiri. Surat ini mendorong supaya memakai kebijaksanaan saksama dengan mengingat ajaran Kristus dan para rasul sebelum membantu pekerja tersebut.
Yohanes dan Kitab Yohanes 3
Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut
dirinya "penatua". Surat pribadi ini dialamatkan kepada
seorang percaya yang setia bernama Gayus (ayat 3 Yoh 1: 1), barangkali anggota
jemaat di salah satu gereja di daerah Asia Kecil. Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat
ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus pada bagian akhir tahun 80-an atau awal
90-an.
Mendekati
akhir abad pertama Masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada umumnya
memperoleh sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung dan kemudian
dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka (ayat 3Yoh 1:5-8; bd. 2Yoh 1:10).
Gayus merupakan salah seorang Kristen setia yang dengan murah hati menyokong
dan menampung para pekerja keliling ini (ayat 3Yoh 1:1-8). Akan tetapi, ada
seorang pemimpin bernama Diotrefes yang dengan sifat sombong menentang wibawa
Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus Yohanes.
Yohanes
menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan tumpangan
dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta
mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan mempersiapkan
jalan untuk kunjungannya sendiri.
Ada tiga orang yang disebut
namanya di dalam surat ini.
- Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam kebenaran (ayat 3Yoh 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi saudara seiman yang berkeliling (ayat 3Yoh 1:5-8).
- Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena kesombongannya ("ingin menjadi orang terkemuka", ayat 3Yoh 1:9) beserta manifestasinya: menolak surat Yohanes yang dikirim sebelumnya (ayat 3Yoh 1:9), memfitnah Yohanes, menolak untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan mengancam akan mengucilkan orang yang menerima mereka (ayat 3Yoh 1:10).
- Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam suatu masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi baik dan setia kepada kebenaran (ayat 3Yoh 1:12).
Dua ciri utama menandai surat
ini.
- Sekalipun singkat, surat ini memberikan pengertian mengenai beberapa segi sejarah gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.
- Terdapat beberapa persamaan mencolok di antara 2 Yohanes dengan surat ini. Meskipun demikian, kedua surat tersebut berbeda dalam satu aspek penting: 3 Yohanes menganjurkan penyediaan tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling yang dapat dipercaya, sedangkan 2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan dukungan tidak disediakan bagi pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga orang percaya tidak dituduh mendukung perbuatan jahat.
Yohanes dan Kitab Wahyu
Kitab Wahyu
adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab
ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Why 1:1-2,20), suatu nubuat (Why
1:3, 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Why 1:4,11, 2:1-3, 22).
(Istilah "penyingkapan" (Ing._apocalypse_) berasal dari kata Yunani
_apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Why 1:1-20). Kitab
ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam
kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai
latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Why 1:1-20).
- "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Why 1:1).
- Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Why 1:1,10-18).
- Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Why 1:1,4,9, 22:8).
- Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Why 1:9).
- Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Why 1:4,11).
Baik
bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul
Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal
Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang
Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku
kaisar Romawi (81-96 M)
Isi
kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus
ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan
Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu
pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang
Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah".
Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang
mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi
yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Why 1:19,
2:10,13, 6:9-11, 7:14-17, 11:7, 12:11,17, 17:6, 18:24, 19:2, 20:4).
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Berita
nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan
yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita
penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba
yang layak yang disembelih (pasal 5; Why 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh
murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan
(pasal 6-19; Why 6:1 – 19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini
adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi
palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah
prolog (Why 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama
(Why 1:9 – 3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan
mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang
menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Why
1:11,19). Setiap surat (Why 2:1-3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang
Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat
tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan
terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji
bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan
bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak
difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung
itu.
Bagian
utama kedua dari kitab ini (Why 4:1-11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari
perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan
peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu
penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah
bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Why 4:1-4).
Pasal 5 (Why 5:1-14 memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang
dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di
tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka
meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang
pertama (pasal 6; Why 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam
pasal 4-5 (Why 4:1-5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai
peristiwa di bumi. Lima meterai yang
pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke
arah kesudahannya.
Meterai
yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini
terdapat dalam pasal 7 (Why 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000
orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Why 7:1-8) dan pahala bagi orang
kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Why 7:9-17). Pasal 8-9 (Why 8:1-9-21)
menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu
ketujuh sangkakala. "Selingan
Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi
Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Why 10:1-11), dan dua saksi
nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Why 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Why 11:15-15) berfungsi
sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Why 1:15) dan
pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal
12-22; Why 12:1-22:21).
Bagian
utama yang ketiga (Why 12:1-22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai
perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal
12-13 (Why 12:1-13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi
suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- si naga besar (pasal 12; Why 12:1-18),
- binatang laut (Why 13:1-10), dan
- binatang bumi (Why 13:11-18).
Pasal
14-15 (Why 14:1-15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali
orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara
Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian,
suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan
hukuman (pasal 16; Why 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Why
17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Why 18:1-24). Pada
tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan
mempelai perempuan-Nya diumumkan (Why 19:1-10).
Akan
tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat
sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja
dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya
(Why 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya
dia selama seribu tahun (Why 20:1-6).
Selama
masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Why 20:4) dan
sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Why 20:7-9)
dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Why
20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang
besar (Why20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Why 20:14-15, 21:8),
serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Why
21:1-22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk
mengindahkan beritanya dan masuk
dalam hidup yang kekal (Why 22:6-21).
Delapan ciri utama menandai kitab
ini.
- Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- Kitab ini bersifat polemik yang
- menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- enyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Why 1:5, 19:16).
- Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Kitab
ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para
pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak
mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang
beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat
aliran penafsiran yang besar.
Penafsiran _preterist_
(dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai
hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi,
kecuali untuk pasal 19-22 (Why 19:1-22:21), yang masih menunggu penggenapannya
pada masa yang akan datang.
Penafsiran
_historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai
suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman
Yohanes sampai pada zaman akhir.
Penafsiran
_idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam
kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu
tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa
menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
Penafsiran
_futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Why
4:1-22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya
akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan
kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar