1. BERJALAN
Berjalan yang baik
dilakukan dengan tegap dan khidmat serta pandangan kearah depan merupakan tanda
penghormatan dan kesungghuan niat kita bertemu dengan Tuhan serta dengan tidak
tergesa-gesa supaya suasana khidmat dan tenang terjaga, namun tidak lambat juga
supaya tidak memberi kesan lamban.
- Berjalan dilakukan oleh umat, rombongan imam dan para pembantunya (misdinar, prodiakon) ketika memasuki ruangan gereja
- Dilakukan oleh umat sebelum dan sesauh menyambut Tubuh (Darah) Kristus
- Dilakukan oleh wakil umat ketika mengantarkan bahan persembahan
- Oleh petugas yang akan membacakan pengumuman
- Oleh Lektor yang akan membacakan Kitab Suci (bacaan I & II)
2. TANDA SALIB
Tanda salib dibuat
ketika :
- Memasuki gereja sambil menandai diri dengan air suci yang ada disamping pintu masuk gereja sebagai tanda peringtan pembaptisan yang telah kita terima.
- Mengawali dan Mengakhiri Perayaan Ekaristi
- Menerima percikan air suci kalau dibuat sebagai Pernyataan Tobat. Tanda tersebut mengungkapkan kesadaran kita sebagai anak-anak Allah dan kesetiaan pada janji Baptis
- Memulai bacaan injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut dan dada untuk mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut disanggupkan untuk mewartakan, dan hati diresapi oleh sabda Tuhan.
- Menerima berkat mengutusan pada bagian penutup
3. PERARAKAN
Perarakan imam, prodiakon, misdinar pada hari-hari
biasa bergerak dari sakristi langsung menuju altar. setelah selesai perayaan
Ekaristi keluar melalui jalan yang sama. Pada hari Raya, perarakan dari
sakristi melewati lorong tengah umat menuju altar.
urutan perarakan, misdinar paling depan, disusul
oleh prodikaon dan imam (terakhir). Perarakan masuk biasanya diiringi oleh lagu
pembukaan, dimana umat menyambut dengan berdiri.
maksud dari lagu pembukaan adalah untuk mengarahkan
perhatian umat kepada perayaan yang mulai berlangsung, memeriahkan upacara
suci, menciptakan kebersamaan.
Perarakan biasanya juga dilakukan oleh beberapa
wakil umat untuk mengantarkan persembahan berupa: roti, anggur, lilim, bunga
dan kolekte ke altar. Segala hasil karya umat hendak disatukan dengan kurban
Kristus dalam Ekaristi. Inilah bukti keterlibtan aktif umat dalam merayakan
Ekaristi.
4. MEMBUNGKUK
Imam agung yang
memimpin ibadat berdoa dengan membungkuk, hal ini sudah dilaksanakan sejak Perjanjian
Lama, dimana juga gerakan ini dipakai untuk mengiringi doa dan ungkapan
menyembah Tuhan.
Membungkukan
badan merupakan tanda penghormatan yang lebih besar daripada menundukan
kepala. Rombongan imam, prodiakon, misdinar juga melakukan penghormatan dengan
membungkuk terhadap altar Tuhan.
membungkuk dilakukan :
- oleh Imam dan para pembantunya (prodiakon, misdinar) didepan altar ketekika memulai dan sesaat sebelum meninggalkan gereja (setelah berakhirnya perayaan Ekaristi)
- oleh imam pada waktu Konsekrasi
- oleh umat ketika mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia" (syahadat Nicea Konstantinopel) atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan maria” (Syahadat para rasul), sebagai tanda ungkapan iman
- oleh umat ketika berada di depan salib
- oleh umat ketika masuk di gereja atau kapel yang didalamnya tersimpan sakramen mahakudus
5. MENGECUP
- Mengecup dilakukan oleh imam sebelum memakai pakaian liturgi, misalnya alba, amik, stola, kasula dll, maknanya adalah ungkapan rasa hormat terhadap "barang-barang suci"
- Mengecup juga dilakukan oleh imam pada altar, sebelum dan sesudah perayaan Ekaristi, Maksudnya memberi penghormatan terhadap altar sebagai meja perjamuan Tuhan dan untuk menghormati Allah di tengah-tengah umat-Nya.
- Mengecup juga dilakukan oleh umat, pada peringatan Jumat Agung, dimana semua umat yang ikut didalam ibadat tersebut mendapat kesempatan mengecup salib, tepatnya mengecup luka pada kaki Yesus. Dimana kita diajak untuk melakukan penghormatan bagi Yesus kristus yang wafat disalib.
6. MENDUPAI
Mendupai dilakukan
untu Paus atau uskup waktu perarakan menuju altar ktetika akan merayakan
Ekaristi Agung. Untuk imam, altar,
bahan persembahan, salib, umat dan barang lainnya yang disucikan.
Maksud dari
pendupaan ini adalah untuk menciptakan suasana doa dan kurban bagi Allah. Pendupaan altar bergerak dari bagian kiri
ke kanan mengelilingi altar. Pendupaan/mendupai dilakukan pada hari raya
Paskah, natal, Pentakosta dan peringatan para kudus atau martir dan saat-saat
hening lainnya misalnya tahbisan imam, uskup, upacara kematian. mamun pada
hari-hari biasapun mendupai/pendupaan tetap dianjurkan.
Asap putih yang mengepul keatas seakan melambangkan
persembahan kita diterima oleh Allah.
7. MENUNDUKAN KEPALA
Sikap hormat ini sebagai tanda penghormatan,
dimana menundukan kepala dilakukan oleh:
- Imam ketika mengucapkan kata Yesus, Santa Perawan Maria dan santo santa yang diperingati pada hari itu
- Oleh imam sebelum dan sesudah mendupai salib, altar dan bahan persembahan
- Oleh misdinar sebelum dan sesudah mendupai imam dan umat.
- Oleh lektor atau petugas lainnya yang akan menuju altar untuk menghormati altar Tuhan dan imam.
8. BERLUTUT
Berlutut
merupakan sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin
memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya.
Berlutut dilakukan:
- Oleh umat ketika berdoa pribadi pada saat mengawali dan mengakhiri Ekaristi, saat konsekrasi, serta sebelum dan sesudah komuni sebagai sikap sembah sujud untuk hormat kepda Allah.
- Mengucapkan Doa Tobat untuk menunjukan sikap kerendahan hati dan permohonan ampun.
- Waktu Mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia" (syahadat Nicea Konstantinopel) atau “yang dikandung dari Roh kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” (Syahadat para rasul) khusus pada Hari Raya Natal sebagai tanda ungkapan iman yang mendalam.
- Iman mendoakan kisah Institusi (Kisah Perjamuan Tuhan) dalam Doa Syukur Agung, termasuk didalamnya kata-kata konsekrasi, sebagai tanda hormat dan pujian
- Oleh umat dihadapan Sakramen mahakudus atau tarbernakel
- Oleh Imam dan umat untuk merenungkan wafat Tuhan Yesus pada saat pembacaan Kisah sengsara pada hari raya jumat Agung.
9. MEMBUNGKUK
Imam agung yang memimpin ibadat berdoa dengan membungkuk,
hal ini sudah dilaksanakan sejak Perjanjian Lama, dimana juga gerakan ini
dipakai untuk mengiringi doa dan uangkapan menyembah Tuhan.
Membungkukan
badan merupakan tanda penghormatan yang lebih besar daripada menundukan
kepadla. Rombongan imam, prodiakon, misdinar juga melakukan penghormatan dengan
membungkuk terhadp altar Tuhan. Membungkuk dilakukan :
- Oleh Imam dan para pembantunya (prodiakon, misdinar) didepan altar ketekika memulai dan sesaat sebelum meninggalkan gereja (setelah berakhirnya perayaan Ekaristi)
- Oleh imam pada waktu Konsekrasi
- Oleh umat ketika mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia" (syahadat Nicea Konstantinopel) atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan maria” (Syahadat para rasul), sebagai tanda ungkapan iman
- Oleh umat ketika berada di depan salib
- Oleh umat ketika masuk di gereja atau kapel yang didalamnya tersimpan sakramen mahakudus
10. DUDUK/BERSILA
Duduk dilakukan
ketika Kitab Suci dibacakan (selain Injil) sebagai suatu ungkapan kesediaan
mendengar dan merenungkan sabda Tuhan. Persiapan persembahan sebagai ungkapan
kesediaan memberi diri kepada Tuhan dengan penuh penyerahan. Petugas membacakan
pengumuman sebagai tanda ungkapan kesediaan mendengarkan dan melaksakan tugas
kewajiban
11. BERDIRI
Berdiri dilakukan ketika :
- Menyambut iman dan para pelayan yang bergerak menuju ruang altar. Sikap ini menunjukan penghormatan kepada Allah yang datang dan hadir ditengah-tengah umat. Dari Awal hingga Doa pembuka, Kita mengambil sikap berdiri (Tobat : hendaknya berlutut apabila memungkinkan)
- Pemakluman Injil sebagai tanda Hormat pada Tuhan Yesus Kristus yang bangkit mulia dan yang hendak memaklumkan sabda-Nya
- Mengucapkan Syahadat untuk memperbaharui pengakuan iman sebagai tanda kesediaan menjadi saksi iman.
- Menyampaikan doa Umat, sebagai tanda hormat kepada Allah yang setia mendengarkan dan mengambulkan doa-doa umat.
- Memulai Doa Syukur Agung (Prefasi) hingga kudus sebagai tanda hormat dan syukur kepada Allah.
- Mengucapkan/menyanyikan lagu Bapa Kami sebagai tanda pujian dan permohonan
- Iman mengucapkan Doa sesudah Komuni sebagai tanda syukur
12. MERENTANGKAN TANGAN
Merupakan tanda penyerahan kita kepada kehendak
Allah. Yesus merentangkan tangan di kayu salib. Dengan merentangkan tangan,
orang membuka seluruh genggaman/kepalan tangan, dengan arti kita membuka
seluruh genggaman/kepalan sebagai wujud menyerahkan yang kita miliki kepada
Tuhan.
Merentangkan tangan dilakukan oleh imam ketika
mendoakan pembukaan dan penutup ekaristi, doa persembahan, doa Bapa Kami, dan
Doa Syukur Agung, serta dilakukan oleh umat ketika menyerahkan hidup dan segala
permohonan kepada Tuhan
13. MENEGADAHKAN KEPALA
Sebagai sikap doa yang mengungkapkan permohonan
dengan kebulatan hati. Menegadahkan kepala dilakukan oleh imam ketika
mempersembahkan roti dan anggur serta dilakukan oleh umat ketika berdoa pribadi
dihadapan Yesus atau Bunda Maria dengan kebulatan hati untuk memohon.
14. MENGANGKAT TANGAN
Permohonan yang disertai pengharapan yang penuh
sebagai arti dari Mengangkat kedua tangan ketas. Sikap ini juga ditunjukan oleh
Tuhan Yesus sendiri waktu berdoa di taman Getsemani. Mengangkat kedua tangan dilakukan oleh imam ketika
mengangkat patena dan piala berisi roti dan anggur untuk dipersembahkan kepada Tuhan,
serta mengangkat sibori atau patena dan piala yang berisi Tubuh dan Darah
Kristus untuk diperlihatkan kepada umat bahwa "apa yang ku angkat ini
merupakan persembahan yang sangat bernilai yang patut kita haturkan pada Bapa
di surga". Tindakan imam ini dilakukan untuk mengakhiri Doa Syukur Agung
sebelum doa Bapa Kami.
15. MENYEMBAH
Mengandung arti sebagai tanda bakti dan hormat
kepada Tuhan. menyembah dilakukan oleh umat saat Tubuh dan Darah Kristus
diangkat keatas pada saat konsekrasi (masih dilakukan sebagaian umat khususnya
dari budaya jawa), sebaiknya cukup dengan memandangnya saja (TPE 2005).
Dan juga dilakukan pada saat sakramen mahakudus
diangkat diatas pada doa salve (Pujian) dan perayaan Kamis Putih. Imam atau
prodiakon yang membagikan komuni perlu mengangkat sibori berisi Hosti Kudus
keatas (sedikit di atas kepala) sebagai tanda hormat saat mereka berjalan
menuju umat. Tempat tertinggi adalah tempat terhormat.
16. MENGATUPKAN TANGAN
Mengatupkan tangan dibuat ketika sebelum dan
setelah menerima komuni (mengatupkan tangan didada waktu berjalan) sebagai
ungkapan kesetiaan pada Tuhan. mengatupkan tangan juga dilakukan oleh umat
ketika berdoa pribadi.
17. BERGANDENGAN TANGAN
Merupakan tanda kesatuan dan kebersamaan.
Bergandengan tangan dilakukan oleh imam dan umat saat menyanyikan atau
mendoakan Bapa Kami (kalau tempatnya memungkinkan)
18. SALAMAN DAN MENCIUM
Merupakan tanda Cinta dan penghormatan. Mencium
kerap dianggap sama saja dengan mengecup. Mencium atau salaman dilakukan oleh
umat ketika saling memberikan Salam Damai, namun ungkapan ini berbeda-beda
menurut adat-istiadat / kebiasaan setempat. dan juga dilakukan oleh umat ketika
menghormati Salib (pada hari Jumat Agung) atau hal yang suci lainnya.
19. MENUMPANGKAN TANGAN
Penumpangan tangan dilakukan dalam Upacara
tahbisan Imam, Uskup dan seluruh Imam/Uskup yang hadir menumpangkan tangan
diatas kepla calon imam baru. Menumpangkan tangan juga dilakukan untuk
memberkati seorang tahbisan Diakon, Imam, Uskup. Serta dilakukan pada saat
mendatangkan penyembuhan jiwa dan badan seseorang.
20. MEMERCIKI
Sebagai tanda penyucian dan peringatan akan
pembatisan kita. memerciki dilakukan pada permulaan Ekaristi (kadang-kadang
masih ada imam yang melakukannya). Dan juga dilakukan setelah pembaharuan janji baptis pada Malam Paska, saat
menerima daun Palma pada perarakan Minggu Palma. Memerciki juga dilakukan untuk kepentingan
pernikahan, pemakaman, pemberkatan tempat/gedung, pemberkatan benda-benda
devosi lainnya.
21. MENELUNGKUP
Tiarap atau menelungkup merupakan ungkapan tidak
pantas, merasa berdosa dihadapan Allah. Menelungkup atau tiarap biasa dilakukan oleh para
calon Imam dan Uskup ketika ditahbiskan, serta oleh Umat sebagai sikap Doa,
merasa diri berdosa besar dan tidak layak dihadapan Tuhan (meskipun nyaris
tidak pernah dilakukan dalam ibadat bersama)
22. MENGURAPI
Mengurapi dengan Minyak sebagai ungkapan
peneguhan, pemberian kekuatan dan pelantikan. Yesus diurapi dengan Minyak wangi
di atas kepala-Nya sebagai tanda persiapan kematian-Nya (Bdk mat 26:6-12)
Mengurapi dengan
minyak dilakukan ketika orang menerima sakramen baptis, Krisma, imamat dan
pengurapan orang sakit. Ada juga pengurapan (pengolesan) dengan abu, biasanya
diatas kepala atau dahi sebagai bentuk ungkapan tanda pertobatan
- Pengurapan dilakukan oleh imam kepada calon baptis dengan minyak katekument pada dadanya, pengurapan di dada dilakukan dengan maksud sebagai orang Kristen kita juga perlu berjuang melawan hawa nafsu.
- Pengurapan juga dilakukan oleh imam pada calon Krisma (sesudah dibaptis) dengan minyak Krisma diatas kepala, pengurapan ini bermaksud bahwa kita kita yang sudah dibaptis kini mengambil bagian dalam imamat rajawi kristus. Dan juga dilakukan oleh Uskup pada saat penerimaan Sakramen Krisma. pengurapan ini dilakukan di dahi, dengan pengurapan ini kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di muka umum dalam masyarakat, Curahan Roh Kudus yang diterima karena pembatisan kini harus diuangkapkan dengan terang-terangan.
- Pengurapan dilakukan juga pada saat Rabu Abu baik oleh Imam atau prodiakon, sebagai tanda pertobatan.
- Pengurapan oleh uskup kepada calon Imam diatas kedua telapak tangan sebagai tanda kesiapsediaan menjadi pelayan Tuhan dalam tugas perutusan.
23. MEMBERKATI
Memberkati dan
menguduskan umat memang menjadi tugas seorang imam. memberkati adalah Doa,
ungkapan permohonan pada Tuhan, semoga yang diminta umat-Nya terkabulkan,
terjadi, terlaksana.
Memberkati disertai
dengan gerakan tangan yang "bertanda salib" dengan mengucapkan
"Atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus". Tiada berkat imam yang tidak
diberikan dalam tanda salib!.
Memberikati
dilakukan oleh Uskup sambil mengurapi kedua telapak tangan calon imam baru.
Telapak tangan dipilih sebagai tempat pengurapan supaya imam baru itu ingat
akan paku yang melukai telapak tangan Yesus yang wafat di salib.
Juga dilakukan oleh
Imam pada waktu menerima persembahan dari wakil umat, pada saat menjelang
Konsekrasi, pada akhir perayaan Ekaristi.
Pemberkatan juga
dilakukan oleh Imam pada : pernikahan, menempati rumah/gedung baru, pemberkatan
barang-barang devosi atau benda berharga lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar